WartaSurabaya
Home Informasi Latar Belakang Bandung Lautan Api dan Kronologi Lengkapnya

Latar Belakang Bandung Lautan Api dan Kronologi Lengkapnya

Bandung Lautan Api

Pasti anda sudah akrab dengan Latar belakang Bandung Lautan ApB, bukan? Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika mendengar istilah ini? Tentu saja, itu jauh lebih dari sekadar gambaran Bandung dalam situasi kebakaran atau terbakar oleh api.

Bandung Lautan Api adalah sebuah peristiwa bersejarah yang tercatat dalam sejarah Indonesia. Saat ini, saya mengajak Anda untuk menjelajahi lebih lanjut tentang Latar Belakang Bandung Lautan Api dan Kronologi lengkapnya. Jadi Silakan teruskan membaca ya!

Latar Belakang Bandung Lautan Api

Latar belakang peristiwa Bandung Lautan Api dimulai dengan kedatangan pasukan Sekutu (Inggris) pada 12 Oktober 1945, beberapa pekan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Indonesia setelah memenangkan Perang Dunia II melawan Jepang, yang sebelumnya telah menjajah Indonesia selama tiga setengah tahun.

Tujuan awal pasukan Sekutu adalah untuk membebaskan tentara Sekutu yang menjadi tawanan Jepang, mengambil alih senjata dan fasilitas militer Jepang, serta mengembalikan kedaulatan Belanda atas Indonesia.

Namun, Belanda atau NICA (Netherlands Indies Civil Administration) membonceng pasukan Sekutu dan ingin mengembalikan kekuasaannya atas Indonesia, yang telah menyatakan kemerdekaannya.

Pasukan Sekutu yang datang ke Bandung terdiri dari orang-orang India (Sikh) dan Nepal (Gurkha) dari Brigade 37 pimpinan Kolonel McDonald. Mereka datang dengan membawa senjata lengkap dan menuntut agar rakyat dan tentara Indonesia menyerahkan senjata mereka kepada Sekutu.

Selain itu, mereka juga melakukan tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan dan ketertiban, seperti membunuh, menangkap, menyiksa, dan menembaki orang-orang Indonesia yang dianggap bersenjata atau berbahaya.

Rakyat dan tentara Indonesia tidak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan terhadap pasukan Sekutu dan NICA dengan berbagai cara, seperti melakukan serangan-serangan gerilya, sabotase, demonstrasi, propaganda, dan diplomasi.

Salah satu bentuk perlawanan yang paling menonjol adalah penyerangan terhadap markas-markas Sekutu di Bandung bagian utara pada malam tanggal 24 November 1945, yang dipimpin oleh Mayor Ismail Marzuki.

Kronologi Peristiwa Bandung Lautan Api

Penyerangan terhadap markas-markas Sekutu di Bandung bagian utara pada malam tanggal 24 November 1945 menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak. Pasukan Sekutu merasa terancam dan marah. Mereka kemudian mengeluarkan ultimatum kepada pihak Indonesia agar mengosongkan wilayah Bandung bagian utara dalam waktu tiga hari, yaitu sampai tanggal 29 November 1945 pukul 12.00.

Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia. Gubernur Jawa Barat saat itu, Mr. Datuk Djamin, bersama dengan para pemimpin militer dan sipil lainnya, memutuskan untuk tetap bertahan di Bandung bagian utara. Mereka juga meminta bantuan dari pemerintah pusat di Jakarta untuk mengirimkan pasukan bantuan.

Namun, bantuan dari Jakarta tidak kunjung datang. Pasukan Sekutu semakin meningkatkan tekanannya dengan melakukan serangan-serangan udara dan darat terhadap posisi-posisi pertahanan Indonesia di Bandung bagian utara. Pasukan Indonesia semakin terdesak dan menderita banyak kerugian.

Pada tanggal 10 Maret 1946, pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua, yang lebih keras dan mendesak. Mereka menuntut agar pihak Indonesia menyerah tanpa syarat dan menyerahkan semua senjata dan amunisi kepada Sekutu dalam waktu 24 jam. Jika tidak, mereka akan menghancurkan seluruh kota Bandung dengan bom dan meriam.

Ultimatum kedua ini juga ditolak oleh pihak Indonesia. Namun, mereka menyadari bahwa mereka tidak mungkin dapat bertahan lebih lama lagi. Mereka kemudian mengambil keputusan yang berat, yaitu meninggalkan kota Bandung dan membakar semua bangunan yang ada di sana agar tidak dapat dimanfaatkan oleh pasukan Sekutu dan NICA.

Keputusan ini disampaikan oleh Mr. Datuk Djamin kepada rakyat Bandung melalui siaran radio pada tanggal 23 Maret 1946 pukul 09.00. Ia meminta agar rakyat Bandung segera mengosongkan kota dan membakar rumah-rumah mereka sendiri.

Ia juga meminta agar rakyat Bandung tidak melakukan perlawanan terbuka terhadap pasukan Sekutu dan NICA, tetapi melakukan perlawanan diam-diam di daerah pegunungan di selatan Bandung.

Rakyat Bandung menuruti perintah tersebut dengan penuh kesedihan dan keberanian. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah-rumah mereka dan mengungsi ke wilayah pegunungan di selatan Bandung. Seketika, Bandung berubah menjadi lautan api yang menyala-nyala.

Pasukan Sekutu dan NICA yang masuk ke kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946 hanya menemukan puing-puing bangunan yang hangus terbakar. Mereka tidak dapat menjadikan kota Bandung sebagai markas mereka. Mereka juga tidak dapat menangkap atau membunuh para pejuang Indonesia yang telah melarikan diri.

Peristiwa Bandung Lautan Api menjadi simbol dari semangat juang dan pengorbanan rakyat dan tentara Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya. Peristiwa ini juga menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Peristiwa Bandung Lautan Api juga diabadikan dalam berbagai karya seni, seperti lagu “Halo-Halo Bandung” yang diciptakan oleh Ismail Marzuki, film “Bandung Lautan Api” yang disutradarai oleh Usmar Ismail, dan monumen “Gedung Sate Terbakar” yang dibangun di lokasi bekas Gedung Sate yang terbakar.

Kumpulan Tokoh dalam Peristiwa Bandung Lautan Api

Kolonel Abdul Haris Nasution

Pada tanggal 23 Maret 1946, sebuah pertemuan penting diadakan yang memutuskan untuk menghancurkan Bandung. Kolonel Abdul Haris Nasution, saat itu sebagai komandan Divisi III, memimpin musyawarah ini dan memberikan perintah agar penduduk Kota Bandung segera dievakuasi ke tempat-tempat yang aman.

Muhammad Toha

Muhammad Toha adalah seorang komandan pejuang yang memiliki tugas khusus untuk menghancurkan gudang senjata dan amunisi milik pasukan sekutu.

Mayor Rukana

Mayor Rukana adalah sosok sentral dalam pertempuran Bandung Lautan Api. Ia adalah komandan Polisi Militer Bandung yang mengusulkan konsep membakar Bandung Selatan, menciptakan lautan api.

Atje Bastaman

Atje Bastaman, seorang wartawan muda yang menulis untuk koran Suara Merdeka, menyaksikan peristiwa kebakaran Kota Bandung dari Cicadas hingga Cimindi, melihatnya dari puncak Gunung Leutik di Garut. Esok harinya, ia mengabadikan pengalamannya dalam sebuah artikel berjudul “Bandoeng Djadi Laoetan Api.”

Sutan Sjahrir

Bersama Kolonel Abdul Haris Nasution, Sutan Sjahrir turut berperan dalam merancang taktik penghancuran Bandung.

Kesimpulan

Peristiwa dan Latar Belakang Bandung Lautan Api ini adalah salah satu bukti bahwa bangsa Indonesia tidak akan pernah menyerah dalam mempertahankan kemerdekaannya. Peristiwa ini juga mengajarkan kita untuk selalu menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia.

Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad